Kaidah Pengutipan dalam Karya Tulis Ilmiah

Monday, May 22, 2017

Kaidah Pengutipan
BERBEDA dengan konten blog yang biasanya ditulis dengan khas bahasa penulis, dan lebih berkesan seperti obrolan penulis dengan pembaca.

Karya tulis ilmiah adalah tulisan atau karya tulis yang penyampaiannya menggunakan bahasa baku dan biasanya dikemas dalam format tertentu.

Baik itu sistimatika penulisan bahkan sampai kepada pengaturan ukuran naskah hingga jenis dan ukuran font atau huruf yang diperbolehkan.

Karya tulis tidak hanya menunjukkan kemampuan penulis menuangkan ide atau gagasannya melalui tulisan. Lebih dari itu, penulis juga diharuskan mampu menguasai konsep naskah, salah satunya yaitu mengenai “Kaidah Pengutipan”.

Kutipan digunakan dalam karya tulis sebagai sumber rujukan, penegasan dan penguatan serta memperkaya hasil tulisan itu sendiri.

Pengutipan terhadap penelitian sebelumnya tentu akan  menjadi penguat dan pendukung penelitian kita.

Hal ini juga sebagai bentuk pencegahan klaim “plagiarisme” terhadap karya tulis kita.

Pengutipan mengisyaratkan hal, cara atau proses mengutip. Mengutip berarti kata kerja yang bermakna pekerjaan mengambil atau memungut sesuatu, dalam hal ini tulisan bukan mengutip yang lain.

Kutipan itu sendiri berupa pernyataan, ungkapan, ide, gagasan, buah fikiran, defenisi atau rumusan yang bersumber dari penelitian terdahulu.

Kutipan itu sendiri dimaksudkan untuk dibahas dan ditelaah sesuai dengan materi penulisan kita.

Hal ini memberi arti bahwa pengutipan itu memiliki tujuan tertentu bukan hanya untuk menambah dan menumpuk paparan-paparan dalam karya tulis kita.

Perlu dicatat, walaupun pengutipan itu dibolehkan tapi bukan berarti tulisan kita adalah kumpulan kutipan-kutipan.

Sebuah tulisan haruslah merupakan buah fikiran penulis yang dituangkan lewat tulisan bukan kumpulan pendapat-pendapat orang lain.

Cara Mengutip
Setidaknya ada dua cara yang dikenal dalam mengutip sumber rujukan, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.

1) Kutipan Langsung

Kutipan langsung merupakan salinan yang persis sama dengan sumbernya tanpa penambahan (Widjono, 2005: 63).

Jika kutipan tidak lebih dari empat baris, maka cara mengutipnya:
- Dikutip apa adanya;
- Diintegrasikan ke dalam teks paparan penulis;
- Jarak baris kutipan dua spasi (sesuai dengan jarak spasi paparan);
- Diapit tanda kutip (“….”);
- Sertakan sumber kutipan di awal atau di akhir kutipan, yakni nama penulis, tahun terbit, dan halaman sumber, misal: (Penulis, 2012:100).
- Jika berbahasa asing atau daerah, kutipan ditulis huruf miring.
- Jika ada kesalahan pengetikan pada kutipan, tambahkan kata sic dalam kurung (sic) di kanan kata yang salah tadi;
- Jika ada bagian kalimat yang dihilangkan, ganti bagian itu dengan tanda titik sebanyak tiga biah jika yang dihilangakan itu ada di awal atau di tengah kutipan, dan empat titik jika di bagian akhir kalimat;
- Jika ada penambahan komentar, tulis komentar tersebut di antara tandakurung, nislnya, (penggaris bawahan oleh penulis).

Contoh 1 :
Selanjutnya Hamalik (1986: 156-157) mengatakan “Model hendaknya diintegrasikan dengan alat-alat belajar lainnya supaya pembelajaran lebih berhasil”

Contoh 2:
Pandangan serupa juga disampaikan Suryaningrat (1983: 20—21 dan 30) mengatakan, “Menurut salah satu historiografi tradisional, penyerahan kekuasaan kerajaan Pajajaran kepada Kerajaan Sumedang Larang berlangsung melalui penyerahan mahkota emas raja Kerajaan Sunda Pajajaran kepada Prabu Geusan Ulun”

Jika kutipan lebih dari empat baris
, maka cara mengutipnya:
- Dikutip apa adanya;
- Dipisahkan dari teks paparan penulis dengan format paragraf kutipan diletakkan di bawah paparan penulis;
- Jarak baris kutipan satu spasi;
- Sumber kutipan dapat diletakkan di awal atau di akhir kutipan, dengan ketentuan nama penulis, tahun terbit, dan halaman sumber, misal: (Penulis, 2012:100);
- Jika berbahasa asing atau daerah, kutipan ditulis huruf miring.

Contoh 1:
Model pembelajaran inkuiri didefenisikan Piaget (1954:25) sebagai,
Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melaksanakan eksperimen sendiri: dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin menggunakan simbol-simbol dan ingin mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan orang lain.

Contoh 2:
Penelitian secara lebih intensif di kawasan Danau Ranau pada tahun-tahun sesudahnya masih dilakukan, yaitu pada tahun 1993 tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional kembali melakukan penelitian berupa survei pada situs-situs di kawasan Danau Ranau, baik yang secara adminstratif berada di Kabupaten Lampung Barat maupun Kabupaten OKU (Ogan Komering Ulu), Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian yang dilakukan menunjukkan temuan-temuan arkeologis dari beberapa situs yang diperoleh memiliki ciri prasejarah hingga klasik. Triwurjani dkk. (1993: 7—43)

2) Kutipan Tidak Langsung 

Kutipan tidak langsung menyadur, mengambil ide dari suatu sumber dan menuliskannya sendiri dengan kalimat atau bahasa sendiri (Widjono, 2005: 64).

Kutipan tidak langsung ditulis dengan cara:
- Menggunakan bahasa atau redaksi dari penulis sendiri (parafrase);
- Kutipan diintegrasika langsung dengan teks;
- Jarak antar barisnya 2 spasi;
- Diapit tanda kutip (“….”);
- Mencantumkan sumber (nama penulis, tahun, dan halaman)

Contoh 1:

Menurut salah satu historiografi tradisional, penyerahan kekuasaan kerajaan Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang berlangsung melalui penyerahan mahkota emas raja Kerajaan Sunda Pajajaran kepada Prabu Geusan Ulun. Penyerahan mahkota secarasibolisbereti bahwa Sumedanglarang menjadi penerus Kerajaan Sunda (Suryaningrat, 1983: 20—21 dan 30).

Contoh 2:

Penggunaan gambar untuk menerangkan bagian-bagian dalam alat indera dapat menyulitkan murid karena belum pernah dilihat sebelumnya. Mereka sukar untuk membayangkan dengan kondisi yang sebenarnya. (Sadirman, 1986: 32).

TIPS MENGUTIP 

Jika Anda akan mengutip pertimbangkanlah untuk tidak terlalu sering mengutip dengan cara langsung.

Variasikan atau kombinasikan antara pengutipan langsung dantidak langsung.

Sumber:
Buku Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi Karangan Widjono Penerbit Grasindo.

Bahan Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika.

Dan berbagai sumber-sumber rujukan lainnya.


IKLAN ANDSENSE DISINI !!!

Bagikan Tulisan Ke:


May 22, 2017

0 comments:

Post a Comment